Skip to main content

Kronologi dan Duduk Perkara Kasus SM

Pada tulisan ini, saya Syarif Maulana, akan menjabarkan kronologi selengkap-lengkapnya tentang segala proses berkaitan dengan kasus dugaan kekerasan seksual yang dituduhkan pada saya tanggal 9 Mei 2024 di media sosial X. Tuduhan tersebut menjadi viral dan menyebabkan saya dipecat dari berbagai institusi, tulisan-tulisan diturunkan dari berbagai media, buku-buku dicabut dari penerbitan, dan dikucilkan dari berbagai komunitas filsafat, termasuk komunitas yang saya bangun sendiri, Kelas Isolasi.  Penulisan kronologi ini dilakukan dalam rangka menjelaskan duduk perkara dan perkembangan kasus ini pada publik berdasarkan catatan dan dokumentasi yang saya kumpulkan.  Tuduhan kekerasan seksual (selanjutnya akan disingkat KS) kepada saya dimulai pada tanggal 9 Mei 2024, dipicu oleh cuitan dari akun @flutuarsujet yang menuliskan “... katanya dia pelaku KS waktu di Tel**m, korbannya ada lima orang …”. Kata “Tel**m” tersebut kemungkinan besar mengacu pada Telkom University, tempat saya bekerja seb

Football Manager dan Eksistensialisme


Meski sudah sepuluh hari berlalu, euforia Piala Dunia kemarin bagi saya masih terasa. Kelanjutan euforia tersebut saya wujudkan dengan instalasi Football Manager (FM) 2010 di komputer (Catat: Saya nyaris shalat istikharah untuk memutuskan membeli game tersebut atau tidak. Terakhir saya memainkannya tahun 2007 dan 2008, kuliah saya terbengkalai dan nyaris gagal!). Saya belum pernah mencoba narkoba, tapi jika katanya itu bikin kecanduan, maka bolehlah saya bilang FM ini semacam narkoba. Isinya, bagi orang yang tak paham, sepertinya cuma berisi teks-teks dan bulatan-bulatan yang tak masuk akal. Tak masuk akal jika dikaitkan dengan adanya orang yang epilepsi karenanya, layar retak oleh sebab FM non-stop dinyalakan seminggu, hingga orang pacaran menjadi putus karenanya. Dan pemutusan itu disimbolisasikan dengan dihancurkannya CD FM oleh pihak wanita.

Saya tahu betul laknatnya efek FM. Maka dengan berhati-hati, saya install game tersebut di komputer kakak saya, agar saya cuma bisa memainkan di kala kakak saya pergi. Tapi alih-alih terhindar dari kecanduan, saya malah dipergoki kakak saya kala bermain FM, dan beliau mengatakan: "Syukurlah komputer saya kepake juga. Sok terusin." Dengan legalitas tersebut, kecanduan menjadi tak tertahankan.

Saya merenung-renung kemudian, kok bisa ya teks-teks begini saja menjadi candu? Jika Marx masih ada, pasti ia tak cuma melarang agama, tapi juga FM. Nalar filsafati saya mengejar: melayang sejenak pada ujaran Kierkegaard, "Siapakah aku? Dari manakah aku? Mau kemanakah aku? Mengapa aku dilahirkan? Dan mengapa kelahiranku tidak dibicarakan dahulu denganku?" Ini ungkapan eksistensial yang cukup terkenal, menggambarkan bahwa eksistensi manusia pada dasarnya menyedihkan, karena salah satunya: ia berada di dunia tanpa tedeng aling-aling. Begitu saja, kun fayakuun. Maka itu, jika saya bermain FM, pada dasarnya saya mempertanyakan eksistensi dasar saya (yang setuju dengan Kierkegaard: menyedihkan), sekaligus menginginkan semacam eksistensi yang lain. Seolah-olah jika eksistensiku bisa dibicarakan, maka aku memilih untuk menjadi pelatih bola.

Lalu teringat saya akan pernyataan keras Nietzsche, "Hakekat hidup adalah kehendak untuk berkuasa!" Saya sempat maju mundur memberikan dukungan atas kalimat tersebut, tapi ketika main FM, saya semakin mengarah pada setuju. Dalam artian, tidakkah FM merepresentasikan kehendak untuk berkuasa? Kapan lagi kau, hai para pecandu, punya kesempatan mengatur dengan seenaknya pemain sekaliber Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, atau Wayne Rooney, dan memecatnya kalau kau mau? Kapan lagi kau, jika kau pembenci MU, punya kesempatan mempermalukan MU di Old Trafford, jika bukan di ranah FM? Kapan lagi kau, yang begitu gatal dengan kekomplitan Barcelona, tapi lemah di penjaga gawang, untuk kemudian mengganti Victor Valdes dengan Gianluigi Buffon atau Petr Cech misalnya? Di dunia nyata, Barcelona nyaris tak mungkin mendepak Victor Valdes karena loyalitas dan lokalitasnya. Tapi di FM, persetan dengan semuanya, skill tak bagus silakan keluar. Punya uang mari boyong yang kompeten. Belum lagi FM punya save, reset, quit. Jika kalah, kau bisa mengulang kapanpun sesukamu hingga kau menang. Tidakkah dunia nyata tak punya itu? Tidakkah game sesungguhnya ikut menyadarkan kita bahwa eksistensi manusia sesungguhnya menyedihkan? Tengok betapa nikmatnya bagi kalian yang pernah bermain Grand Thief Auto San Andreas. Menghancurkan kota, mencuri mobil, menembak kepala orang, menikam polisi, rasanya ingin sekali dilakukan di jalanan kota Bandung. Tapi sekali lagi, eksistensi yang terlempar ini, memenjarakan kita.

Maka itu, wahai para pemain FM yang masih aktif, belilah Daniel Aquino. Karena cuma di FM ia jago, di kehidupan nyata ia tak eksis. Dan saya yakin, seorang Aquino yang asli, berperasaan sama seperti kita. Ia menikmati aksinya di FM, tapi sekaligus menyadari bahwa dirinya begitu menyedihkan.

Comments

  1. tulisannya cerdas mas, rasanya bener banget, saya juga penggila fm soalnya, hahaha..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dalam Berbahasa  1

Puisi Penjudi

  Sejak SD kutahu berjudi itu dilarang Dari Qur'an sudah jelas judi dibilang haram Orang bijak bilang tiada manusia kaya karena judi Rhoma Irama menegaskan judi merusak pikiran Tapi tidakkah Tuhan jua yang menciptakan ketidakpastian? Tidakkah Tuhan jua yang memaksa kita mengundi? Tidakkah Adam turun ke dunia karena ia main judi? Buah khuldi: jauhi atau makan Ia putuskan yang nomor dua Lantas ia turun ke bumi, melahirkan kita-kita ini Keturunan seorang penjudi Lalu jikalau memang iya tak ada yang kaya karena judi Maka tanyakan pada pemilik motor Tiger itu Yang ia menangkan ketika jadi bandar empat tahun lalu Sekarang motornya sirna, rusak hancur dalam suatu petaka Ia kembali naik angkot seperti nasibnya sebelum pesta sepakbola Para tetua bilang, "Lihat, hasil judi, dari tanah akan kembali ke tanah" Tapi si pemuda mesem-mesem dalam hati Ada keyakinan yang ia pendam dalam-dalam Bahwa setidaknya dalam suatu percik hidupnya Ia pernah naik motor Tiger Pernah merasakan gelegak k

Gin

GIN Gingin Gumilang pernah menjadi mahasiswa di kelas waktu saya masih mengajar di Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran. Saya lupa tahun berapa itu, mungkin sekitar tahun 2010 atau 2011. Gin, begitu dipanggilnya, duduk di pojokan, orangnya pendiam, tetapi saya tahu di kepalanya menyimpan banyak pemikiran. Suatu hari, saya mengumumkan di kelas bahwa akan ada konser gitar klasik di IFI Bandung dan tentu saja, saya hanya berbasa-basi saja, tidak berharap kalau mereka, yang umumnya kost di Jatinangor, akan datang ke Bandung hanya untuk menonton gitar klasik. Ternyata ada satu orang yang datang ke IFI, ya Gin itulah. Sejak itu saya terkesan. Rupanya wawasannya juga luas. Saya ingat ia tiba-tiba membicarakan Freud di kelas, di tengah mahasiswa-mahasiswa yang yah, duduk di sana hanya berharap bisa lulus saja, tanpa peduli ilmu apa yang didapat. Saya kemudian terpikir, rasanya tepat kalau Gin diajak bergaul lebih luas, keluar dari "sangkar" yang membuat