Skip to main content

Tembakan

The Shot atau Tembakan adalah cerpen karya Aleksandr Pushkin yang dipublikasikan tahun 1831. Saya tahu cerpen tersebut dari wawancara dengan eksil bernama Pak Awal Uzhara yang tinggal di Uni Soviet/ Rusia selama lebih dari lima puluh tahun dan tidak bisa pulang karena paspornya dicabut oleh pemerintah Indonesia (akibat alasan politik dan ideologis). Cerita Tembakan bagi saya begitu menarik sampai-sampai saya jadikan naskah teater (atas inspirasi dari Pak Awal juga) dan dipentaskan di beberapa kegiatan kampus.  Tembakan bercerita tentang Silvio, pensiunan tentara yang memiliki hutang duel dengan seseorang yang disebut sebagai Pangeran (" the Count "). Kilas balik ke beberapa tahun silam, Silvio pernah melakukan duel adu tembak dengan Pangeran karena suatu permasalahan. Duel adu tembak ini berlangsung dengan cara diundi siapa yang menembak duluan untuk kemudian bergantian (jika tembakan pertama tidak berhasil mematikan lawan). Pangeran mendapat giliran pertama dan tembaka

Surat Cinta dari Korea (10 - selesai)



Sungai Han yang Menenangkan


Kekasihku,

Apakah sesungguhnya makna liburan itu sejatinya? Apakah menghabiskan uang? Tentu saja perlu uang, tapi aku tak setuju menyebut "menghabiskan". Karena menghabiskan berarti tidak menukarnya dengan apapun juga. Dan tidak ada apapun yang tidak ditukar dengan apapun. Tidak ada satu halpun di dunia ini yang memberi saja atau menerima saja. Guru yang tidak dibayar sekalipun, sesungguhnya ia mendapat kebahagian dari apa yang sudah ia berikan. Dan apalah artinya uang itu menemukan fungsinya yang sejati, kecuali ditukar dengan pengalaman.

Pengalaman adalah hal yang membuat manusia menemukan dinamikanya. Tuhan menciptakan manusia berumur pendek. Sehingga masing-masing dari mereka tak mungkin menjelajahi keseluruhan dari dunia. Namun Tuhan juga menciptakan kelima indra bersama memori untuk menyimpan ingatan. Sehingga apa yang dilihat oleh masing-masingnya, bisa dibagi ke orang lain yang tidak mengalami. Demikian indahnya kehidupan ini, salah satunya. Artinya, apakah itu makna liburan, selain demi kita menyerap pengalaman agar dibagi pada yang lainnya? Bahwa sesungguhnya kita menukar uang kita untuk memperkaya pandangan manusia satu dengan manusia lain?

Maka itu manusia seyogianya tak perlu bertengkar. Karena barangkali ada pengalaman berbeda yang membangun masing-masingnya.

Apa artinya sebuah liburan juga, jika bukan untuk mengambil jarak dari keseharian. Untuk meneropong kehidupan dari kejauhan. Untuk beristirahat sejenak dari yang menyibukkan. Maka jika liburan menjadi bertambah tekanan, maka tinggalkan! Sesungguhnya dalam liburan tiada tuntutan. Alangkah sahnya jika kamu tiduran seharian. Tidak perlu khawatir akan tuntutan jalan-jalan, dalam liburan akhirnya kamu punya momen dimana kehidupanmu boleh-boleh saja tak bertujuan.

Minum bir dengan sahabat, Rony. Kegiatan seperti ini amat mengembalikan kewarasan.

Akhirnya aku akan mengakhiri liburanku di Korea, dengan rasa puas dan bahagia oleh sebab dua hal tadi: mendapatkan pengalaman dan istirahat yang cukup. Tidaklah liburan itu berhasil jika tak sanggup menyeimbangkan antara jalan-jalan dan istirahat. Sekarang aku siap kembali ke Bandung, ke keseharian yang menyibukkan. Tidak ada alasan untuk lelah dan berleha-leha jika ibarat batre HP sudah di-charge penuh sampai full.

Aku juga sudah melihat keseharianku dari jauh. Menyadari bahwa manusia itu dalam kegilaan yang nyata. Bahwa rutinitas membunuh kesadaran. Maka itu, sayangku, pesanku, mesti pandailah mengatur liburan. Dan jangan sampai liburan menjadi suatu rutinitas yang baru. Jika itu terjadi, namanya kegilaan berlipat-lipat.

Aku pulang, aku kembali. Kelak nanti kita akan pergi, ke tempat ini lagi. Tapi bersama.



Comments

  1. Insya Allah..
    Pulanglah dengan selamat. Terima kasih atas perjalanan indah sebelas hari di Korea. Terima kasih atas rangkaian surat cintanya. Sampai bertemu, tak sabar lagi, di Bandung, di rumah kita. :-)

    ReplyDelete
  2. Tulisan tentang perjalanannya menarik banget mas, hehe.. :D

    ReplyDelete
  3. Waaah ... kalian manis sekali.

    Komentar klise: ditunggu undangannya =D

    ReplyDelete
  4. @detta: terima kasih.. :)
    @sundea: hahaha iya, segera Dea!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Metafisika

Entah benar atau tidak, tapi boleh kita percaya agar pembahasan ini menjadi menyenangkan: Istilah metafisika terjadi oleh sebab sesuatu yang tidak sengaja. Ketika Aristoteles sedang menyusun buku-bukunya di rak, asistennya meletakkan buku yang berisi tentang segala sesuatu yang di luar kenyataan seperti prinsip pertama dan pengertian tentang ada (being qua being) setelah buku bertitel 'Fisika'. Atas ketidaksengajaan itulah, buku tersebut dinamai 'Metafisika'. 'Metafisika' berarti sesudah 'Fisika', yang memang secara harfiah betul-betul buku yang ditempatkan setelah buku 'Fisika' di rak Aristoteles. Istilah tersebut jadi terus menerus dipakai untuk menyebut segala sesuatu tentang yang di luar atau di belakang dunia fisik. Agak sulit untuk menjelaskan secara presisi tentang apa itu metafisika (tentu saja metafisika dalam arti istilah yang berkembang melampaui rak buku Aristoteles), maka itu alangkah baiknya kita simak beberapa contoh upaya untuk me

Tentang Live Instagram Dua Belas Jam

  Hari Minggu, 24 Juli kemarin, saya live Instagram hampir dua belas jam. Untuk apa? Pertama, mengumpulkan donasi untuk Kelas Isolasi yang kelihatannya tidak bisa lagi menggunakan cara-cara yang biasa-biasa (karena hasilnya selalu kurang memadai). Kedua, iseng saja: ingin tahu, selama ini saya belajar dan mengajar filsafat itu sudah “sampai mana” jika diukur dengan menggunakan jam. Putusan untuk mengudara dua belas jam tersebut tidak melalui persiapan matang, melainkan muncul begitu saja dari dua hari sebelumnya. Oh iya, materi yang saya bawakan adalah berkenaan dengan sejarah filsafat Barat. Keputusan tersebut membuat saya agak menyesal karena mesti menghabiskan hari Jumat dan Sabtu untuk baca-baca secara intens. Seperti yang sudah saya duga, belajar filsafat memang aneh: semakin dibaca, semakin menganga lubang-lubangnya. Awalnya, saya berniat untuk khusus membaca bagian Abad Pertengahan saja karena merasa pengetahuan saya paling lemah di bagian itu. Setelah lumayan membaca tipis-tip

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dalam Berbahasa  1