Membicarakan "hati" memang mudah untuk dituding sebagai romantisme, semacam bahasa batiniah yang dibentuk akibat ketidakmampuan menghadapi sesuatu secara rasional sehingga mengalihkannya pada hal-hal abstrak yang tak bisa diverifikasi dan difalsifikasi. "Hatiku mengatakan ada yang salah dengan semua ini", pernyataan semacam itu dipandang tak punya arti dalam ranah argumentasi, apalagi kala ditanya, "Alasannya kenapa?" Hati seringkali tak punya justifikasi, tak butuh justifikasi. Saat beberapa waktu lalu berangkat ke Kabupaten P, saya belajar banyak tentang mengasah hati melalui berbagai ritual keagamaan yang sebelumnya tak rutin saya lakukan. Tujuan ritual-ritual semacam itu, salah satunya, adalah merawat hati, membuatnya lebih terdengar, tanpa mesti dibarengi justifikasi. Sang Guru beberapa kali bicara tentang hati beserta penyakit-penyakit yang menyertainya - hal-hal yang sering saya dapati ketika belajar agama di usia SD atau SMP: iri, dengki, sombong,
25 Ramadhan 1434 H
The Beach (2000) adalah film yang disutradarai oleh Danny Boyle dan bercerita tentang kehidupan di sebuah pantai "rahasia". Di pantai tersebut, sebuah komunitas kecil hidup sebagai bentuk pelarian dari kehidupan perkotaan yang menjemukan. Film yang dibintangi oleh Leonardo di Caprio, Virginie Ledoyen dan Guillaime Canet ini mengambil latar di Pulau Phi-Phi di wilayah Phuket, Thailand.
Motivasi Richard (Leonardo di Caprio) menyeberang ke pantai rahasia tersebut diawali dari keinginannya untuk bertualang di Thailand. Ia menginginkan sebuah petualangan yang benar-benar menantang dan tidak ditopang oleh rasa aman. Keinginannya ini terjawab lewat peta yang diberikan oleh Daffy (Robert Carlyle). Setelah memberikan peta, Daffy bunuh diri dan meninggalkan rasa penasaran dalam diri Richard untuk benar-benar menemukan pulau yang tertera dalam peta tersebut. Ia mengajak kedua turis lainnya, Françoise (Virginie Ledoyen) dan Étienne (Guillaime Canet) untuk ikut menyeberang bersamanya. Ternyata pantai yang diidam-idamkan tidak sesepi yang mereka kira. Ada komunitas yang sudah terlebih dahulu bermukim. Mereka bertiga kemudian mencoba tinggal, beradaptasi, hingga akhirnya merasakan sejumlah keganjilan.
Film ini adalah film yang cukup bermuatan filosofis. Kita diajak untuk merenungkan apa sesungguhnya hakikat dari berkumpul bersama sesama manusia. Komunitas yang tinggal di pantai tersebut pada mulanya bertujuan untuk lepas dari kejenuhan hidup di perkotaan. Namun pelarian tersebut ternyata menciptakan suatu kecenderungan-kecenderungan sosial yang tidak baru sama sekali. Mereka, sebagaimana orang modern di perkotaan pada umumnya, pada akhirnya tetap tumbuh menjadi pribadi yang individualistik dan seperti kata Hobbes, menjadi homo homini lupus (manusia sebagai serigala bagi yang lainnya). Meski punya bahan untuk direnungkan, The Beach bukanlah film yang spesial.
Rekomendasi: Bintang Dua
Film ini adalah film yang cukup bermuatan filosofis. Kita diajak untuk merenungkan apa sesungguhnya hakikat dari berkumpul bersama sesama manusia. Komunitas yang tinggal di pantai tersebut pada mulanya bertujuan untuk lepas dari kejenuhan hidup di perkotaan. Namun pelarian tersebut ternyata menciptakan suatu kecenderungan-kecenderungan sosial yang tidak baru sama sekali. Mereka, sebagaimana orang modern di perkotaan pada umumnya, pada akhirnya tetap tumbuh menjadi pribadi yang individualistik dan seperti kata Hobbes, menjadi homo homini lupus (manusia sebagai serigala bagi yang lainnya). Meski punya bahan untuk direnungkan, The Beach bukanlah film yang spesial.
Rekomendasi: Bintang Dua
Comments
Post a Comment