Skip to main content

Tentang Kaum Intelektual dalam Pandangan Gramsci

  (Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”.  Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan.  Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gram...

The Irishman (2019): Kegelisahan Gangster di Usia Senja


The Irishman
(2019)

Setelah lama tidak menonton film yang durasinya panjang-panjang, akhirnya saya memutuskan untuk menonton The Irishman (2019). Mengapa saya memilih film bertema mafia tersebut? Dari dulu memang saya mengagumi karya-karya Martin Scorsese dari mulai Taxi Driver (1976), Raging Bull (1980), Goodfellas (1990) hingga Casino (1995). Selain itu, saya juga penasaran melihat bagaimana akting Al Pacino, Robert de Niro dan Joe Pesci di usia 70-an akhir.  

The Irishman adalah film yang berpusat pada Frank Sheeran (Robert de Niro), pengantar daging turunan Irlandia yang menjadi eksekutor bagi kelompok mafia Russell Bufalino (Joe Pesci). Dianggap bagus dalam menjalankan tugas-tugasnya, Frank kemudian dihubungi oleh presiden serikat Teamster bernama Jimmy Hoffa (Al Pacino) untuk menyelesaikan beberapa masalahnya. Hoffa sendiri, meski mempunyai posisi legal, sering berurusan dengan mafia sehubungan dengan Teamster yang banyak membawahi buruh-buruh di bidang transportasi dan pengangkutan yang wilayah operasinya memang banyak dikuasai oleh mafia. Scorsese kemudian diangkat menjadi semacam penasihat dan pengawal pribadi Hoffa, dan sering memberitahu bosnya untuk tidak terlalu ambisius soal Teamster, karena mafia di sekelilingnya, termasuk Anthony Provenzano (Stephen Graham) mengincar Hoffa sehubungan dengan dana pensiun senilai miliaran dollar yang ada di bawah penguasaan Hoffa. 

Sekitar 45 menit terakhir film ini, seperti umumnya film mafia lainnya, menunjukkan antiklimaks dari kiprah gangster itu sendiri. Dalam Godfather part III, kita bisa melihat bagaimana Michael Corleone dihantui rasa bersalah setelah membunuh kakaknya sendiri, Fredo, sebelum akhirnya meninggal dalam kesendirian. Dalam Scarface, Tony Montana mati di rumahnya setelah menghadapi berondongan tembakan seorang diri. Dalam Donnie Brasco, Lefty Ruggiero secara implisit akan dieksekusi setelah diketahui bahwa Donnie Brasco, yang ia ajak masuk ke keluarga Bonanno, ternyata adalah agen FBI. Demikian halnya pada The Irishman, ketika para gangster itu sudah begitu sepuh, maka yang tersisa adalah hidup yang kian jauh dari gemerlap uang dan perebutan kekuasaan. Mereka mulai ke gereja dan menyesali masa mudanya yang penuh darah. 

Film berdurasi tiga setengah jam ini temponya memang agak lambat. Namun tidak akan terlalu terasa lambat jika sudah terbiasa nonton film-film Scorsese seperti Casino atau Goodfellas, yang memang tidak hanya menampilkan tembak-tembakan antar geng, tetapi juga segala obrolan penuh intrik yang tidak hanya dalam konteks serius, tetapi juga komedi, yang tentunya adalah komedi gelap. Pada Casino misalnya, kita bisa melihat bagaimana Nicky Santoro, yang diperankan oleh Joe Pesci, sebagai sosok yang jenaka, ternyata mampu membuat orang sekitarnya merasa ngeri. Dialog kecil yang menghadirkan paradoks itu yang seringkali diangkat oleh Scorsese, yang membuat film menjadi terasa lambat, padahal sedang membangun keseluruhan suasana dari kehidupan mafia yang membuat kita tidak bisa dengan mudah menilainya secara hitam putih. Misalnya, dalam The Irishman, selain dinginnya Sheeran dalam melakukan eksekusi, Scorsese juga menampilkan sisi lain, yaitu bagaimana sang eksekutor mengalami masalah dalam komunikasi dengan putrinya. 

Memang ada hal yang "gitu-gitu aja" dalam film tentang gangster, yang membuat kurang lebih segala sesuatunya dapat ditebak, termasuk seputar intrik apa yang disajikan. Urusannya pasti soal perebutan bisnis dan jabatan dengan tambahan adanya polisi busuk di sekitar yang bekerjasama dengan para mafia. Namun memang ada hal yang berbeda dalam The Irishman ini, yaitu karena kenyataan bahwa hampir semua aktor utamanya adalah aktor berusia senja, maka dihadirkan pula problematika hidup di usia senja. 45 menit terakhir film bagi saya begitu berkesan karena tidak hanya menghadirkan masalah eksistensial dari para mafia saat menjelang kematian, tetapi mewakili manusia secara umum. Perasaan menyesal, kesepian, dan ketakutan, mewarnai batin para gangter yang masa mudanya dipenuhi kehidupan yang gemerlap dan hedonistik. The Irishman mungkin merepresentasikan kegelisahan yang nyata dari para aktor, termasuk sutradara, yang bisa jadi ada di ujung karir sinemanya.

Comments

Popular posts from this blog

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dal...

Puisi Penjudi

  Sejak SD kutahu berjudi itu dilarang Dari Qur'an sudah jelas judi dibilang haram Orang bijak bilang tiada manusia kaya karena judi Rhoma Irama menegaskan judi merusak pikiran Tapi tidakkah Tuhan jua yang menciptakan ketidakpastian? Tidakkah Tuhan jua yang memaksa kita mengundi? Tidakkah Adam turun ke dunia karena ia main judi? Buah khuldi: jauhi atau makan Ia putuskan yang nomor dua Lantas ia turun ke bumi, melahirkan kita-kita ini Keturunan seorang penjudi Lalu jikalau memang iya tak ada yang kaya karena judi Maka tanyakan pada pemilik motor Tiger itu Yang ia menangkan ketika jadi bandar empat tahun lalu Sekarang motornya sirna, rusak hancur dalam suatu petaka Ia kembali naik angkot seperti nasibnya sebelum pesta sepakbola Para tetua bilang, "Lihat, hasil judi, dari tanah akan kembali ke tanah" Tapi si pemuda mesem-mesem dalam hati Ada keyakinan yang ia pendam dalam-dalam Bahwa setidaknya dalam suatu percik hidupnya Ia pernah naik motor Tiger Pernah merasakan gelegak k...

Honest Review

Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...