Pages

30hari30film: The Bridge on The River Kwai (1957)


6 Ramadhan 1433 H



Tidak salah jika The Bridge on The River Kwai meraih tujuh Oscar. Film yang disutradarai oleh David Lean ini, meski berdurasi relatif panjang (161 menit), namun betah ditonton dari awal hingga akhir. Hal ini tidak lepas dari penampilan aktor-aktornya yang menawan, mulai dari Alec Guinness, William Holden, Jack Hawkins, hingga aktor Jepang, Sessue Hakayama.

The Bridge on The River Kwai berkisah tentang proyek pembangunan jembatan yang digagas oleh Jepang dibawah pimpinan Kolonel Saito (Sessue Hakayama). Meski demikian, pembangunan ini tidak dilaksanakan oleh pekerja-pekerja Jepang, melainkan tentara-tentara Inggris yang menjadi tawanan. Jembatan yang harus cukup kuat untuk dilampaui kereta api tersebut rencananya menjadi penghubung antara Thailand dan Burma. Cara memerintah Jepang yang keras dan otoriter tidak disukai oleh pimpinan dari tentara Inggris yaitu Letnan Kolonel Nicholson. Ia memilih untuk mogok dan dihukum, ketimbang ikut serta dalam aturan Saito: Semua tentara Inggris tanpa terkecuali bekerja membangun jembatan, termasuk para officers. Bagi Nicholson, atasan tentara semestinya bertugas mengomando dan menjaga moral anak buahnya, bukan ikut serta dalam pekerjaan kasar yang berarti juga dikomandoi oleh tentara Jepang.

Yang menarik adalah kenyataan bahwa Saito juga bekerja di bawah tekanan. Jembatan harus jadi tepat pada tanggal 12 Mei (berarti waktu pengerjaan adalah sekitar dua bulan), jika tidak maka ia harus menjalankan seppuku alias ritual bunuh diri. Ketertekanan Saito ini membuat ia mesti berdamai dengan Nicholson dan melunakkan caranya dalam memerintah. Walhasil, proyek jembatan pun menjadi lancar karena kedua pihak punya bargaining position yang setara. Namun di seberang sana, ada misi yang juga dilancarkan oleh tentara Inggris dengan Mayor Shears (William Holden) di dalamnya. Ada pihak yang ingin menghancurkan jembatan dengan bom. Disinilah dilema sesungguhnya terjadi.

Cerita dalam The Bridge on The River Kwai –yang fiktif ini- terbilang sederhana. Ditambah lagi dalam film ini tidak banyak aksi-aksi menawan ataupun adegan-adegan dramatis. Kekuatan film ini terletak pada bagaimana David Lean meramu alur cerita sehingga tidak terasa membosankan. Ditambah lagi, aktor-aktor yang terlibat di dalamnya sangat memberikan kekuatan dan menampilkan satu karakteristik yang khas. Misalnya Saito, bisa berubah dari yang awalnya penonton benci dibuatnya, menjadi simpatik di kala akhir.

Rekomendasi: Bintang Lima

Syarif Maulana

No comments:

Post a Comment

Instagram