(Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”. Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan. Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gramsci, salah sat
3 Ramadhan 1433 H
La Strada adalah film Italia yang dibesut oleh sutradara neo-realis
Federico Fellini. Film yang diproduseri Dino de Laurentiis ini, musiknya ditata
oleh komposer kenamaan yang akrab dengan musik The Godfather yaitu Nino Rota. Selain itu, musisi Bob Dylan
menyebut film La Strada sebagai
inspirasinya dalam lagunya yang terkenal Mr.
Tambourine Man.
La Strada bercerita tentang wanita lugu bernama Gelsemina (Giulieta
Masina) yang direkrut oleh penghibur keliling Zampano (Anthony Quinn).
Gelsemina diambil untuk menggantikan kakaknya, Rosa,
yang meninggal dalam perjalanannya yang juga bersama Zampano. Ibunya
menyerahkan Gelsemina karena dua alasan: Pertama, Zampano memberi uang sepuluh
ribu Lira. Kedua, sang ibu ingin agar Gelsemina jalan-jalan melihat dunia luar.
Gerak-gerik Gelsemina amat
kontras dengan Zampano. Gelsemina begitu naïf, labil; kadang ia ingin pergi
dari tuannya, kadang ia ingin menikah dengan Zampano. Sedang Zampano -persis seperti
pertunjukannya yang selalu memamerkan kekerasan ototnya dalam memutus rantai
baja- adalah orang yang keras, tidak hangat, dan praktis. Gelsemina menemukan
kehangatan dalam diri seorang yang dijuluki Il
Matto (Richard Basehart). Ia adalah badut sekaligus peniti tambang yang
pandai bermain biola mini.
Dari Il Matto, Gelsemina belajar filosofi hidup seperti, “Batu pun diciptakan untuk manfaat tertentu.” Membuat Gelsemina, yang terus menerus di-bully oleh Zampano karena tidak punya kemampuan apa-apa, menemukan dirinya juga berharga. Il Matto sendiri beberapa kali membuat Zampano kesal. Il Matto kerapkali mengejek Zampano sebagai tidak kreatif dan, “Lihat wajahnya, berkali-kali membuat saya tertawa.” Gelsemina terus belajar hal yang baru setiap Zampano singgah memarkirkan karavannya. Ia belajar dari biarawati yang mengatakan bahwa, “Kami pindah dua tahun sekali. Jika kamu sudah nyaman di satu tempat, kamu akan melupakan tujuan semulamu: Tuhan.”
Dari Il Matto, Gelsemina belajar filosofi hidup seperti, “Batu pun diciptakan untuk manfaat tertentu.” Membuat Gelsemina, yang terus menerus di-bully oleh Zampano karena tidak punya kemampuan apa-apa, menemukan dirinya juga berharga. Il Matto sendiri beberapa kali membuat Zampano kesal. Il Matto kerapkali mengejek Zampano sebagai tidak kreatif dan, “Lihat wajahnya, berkali-kali membuat saya tertawa.” Gelsemina terus belajar hal yang baru setiap Zampano singgah memarkirkan karavannya. Ia belajar dari biarawati yang mengatakan bahwa, “Kami pindah dua tahun sekali. Jika kamu sudah nyaman di satu tempat, kamu akan melupakan tujuan semulamu: Tuhan.”
Seperti pada umumnya film-film
neo-realis, La Strada mengangkat tema
keseharian yang menyentuh. Meski demikian, tidak bisa dikatakan juga La Strada adalah film yang mudah dicerna
seperti film neo-realis lainnya semisal Bicycle
Thief karya Vittorio de Sica atau Pather
Panchali karya Satyajit Ray. Bobot obrolan Gelsemina dengan Il Matto dan biarawati bisa membuat
kening mengkerut. Apa yang mau dipesankan oleh Fellini agaknya ada pada sosok
Zampano yang sangat menolak berpikir reflektif. Ia hidup hanya untuk mencari
uang dan seks. Berbeda dengan sosok Gelsemina yang meskipun naïf, tapi ia
selalu melihat berbagai hal dengan rasa kagum.
Rekomendasi: Bintang Lima
Comments
Post a Comment