Di akhir abad ke-19, diawali dari usaha pemisahan psikologi dari filsafat, muncul istilah Psychologismus-Streit atau "perselisihan psikologisme". Apa itu psikologisme? Psikologisme adalah pandangan bahwa segala konsep/ gagasan dalam filsafat (batasan pengetahuan, sistem logika, dan lain-lain) dapat ditarik penjelasannya pada pengalaman mental atau proses psikologis (Vrahimis, 2013: 9). Posisi psikologi yang kian mantap dengan penelitian empiriknya membuat filsafat mesti mendefinisikan kembali tugas dan posisinya: jika segala problem filsafat bisa direduksi pada aspek mental, masih adakah sesuatu yang disebut sebagai filsafat "murni"? Menariknya, perselisihan ini tidak hanya di ranah perdebatan intelektual, tapi juga terbawa-bawa hingga ke ranah politik. Pada tahun 1913, 107 filsuf, beberapa diantaranya adalah Edmund Husserl, Paul Natorp, Heinrich Rickert, Wilhelm Windelband, Alois Riehl, dan Rudolf Eucken menandatangani petisi yang menuntut menteri kebudayaan Jer
27 Ramadhan 1433 H
Frenzy adalah film thriller yang digarap oleh spesialisnya: Alfred Hitchcock. Diadaptasi dari novel berjudul Goodbye Piccadilly, Farewell Leicester Square karya Arthur La Bern, Frenzy berkisah tentang pembunuh berantai berjuluk necktie murderer. Label tersebut disematkan karena korban kerapkali mati dalam keadaan telanjang dan hanya mengenakan dasi di lehernya. Sebelumnya, korban yang selalu wanita muda tersebut, diperkosa terlebih dahulu sebelum kemudian dicekik dengan dasi.
Pembukaan film ini langsung menjanjikan. Korban wanita telanjang dengan dasi di lehernya, mengapung di tengah sungai yang sedang dikerumuni publik. Publik Kota London menjadi heboh dan mewaspadai berkeliarannya seorang pembunuh berantai diantara mereka. Lain cerita, ada kisah tentang Richard Blaney (Jon Finch), mantan pramusaji bar yang sedang dirundung malang. Ia dipecat oleh bosnya oleh sebab tuduhan sering mengambil minuman sendiri dari bar tanpa pernah membayar. Dalam keadaan terkatung-katung tanpa pekerjaan dan juga tanpa tempat tinggal, Blaney tiba-tiba dituduh polisi maupun media sebagai necktie murderer yang menghebohkan itu. Sisanya bisa ditebak: Bagaimana Hitchcock mempermainkan perasaan penonton tentang apakah Blaney pada akhirnya terbukti bersalah atau tidak.
Frenzy menyuguhkan beberapa kali adegan yang amat tipikal dari Hitchcock. Misalnya, ketika terjadi pembunuhan, alih-alih disorot kejadiannya, Hitchcock malah menjauhkan kameranya dari lokasi. Meski tidak ditampakkan, hal tersebut tetap menimbulkan asosiasi bahwa pembunuhan sedang terjadi. Jika dibandingkan karya agung sang sutradara semisal Psycho ataupun Vertigo, Frenzy terhitung mengecewakan. Puncak dari film ini tidak menunjukkan kekhasan Hitchcock yang biasanya melakukan kejutan alias twist ending. Percayalah, satu menit akhir dari film ini akan membuat kecewa pada keseluruhan ceritanya.
Rekomendasi: Bintang Dua
Comments
Post a Comment