Skip to main content

Tentang Perempuan Bernama NK

Pada tanggal 21 Agustus 2024, seorang perempuan, mantan mahasiswi, menjangkau saya via DM Instagram untuk mengucapkan simpati atas hal yang menimpa saya. Singkat cerita, kami berbincang di Whatsapp dan janjian untuk berjumpa tanggal 6 September 2024 di Jalan Braga. Tidak ada hal yang istimewa. Dia sudah punya pacar dan juga memiliki mungkin belasan teman kencan hasil bermain dating apps .  NK baru saja bercerai dengan membawa satu anak lelaki. Dia adalah mahasiswi yang saya ajar pada sekitar tahun 2016 di sebuah kampus swasta. Dulu saya tidak punya perhatian khusus pada NK karena ya saya anggap seperti mahasiswa yang lainnya saja. Namun belakangan memang dia tampak lebih bersinar karena perawatan diri yang sepertinya intensif. Selain itu, bubarnya pernikahan selama sebelas tahun membuatnya lebih bebas dan bahagia. Sejak pertemuan di Jalan Braga itu, saya tertarik pada NK. Tentu saja NK tidak tertarik pada saya, yang di bulan-bulan itu masih tampak berantakan dan tak stabil (fisik, ...

Merenungkan Usia Lewat Sajian Rupa

Menulis tentang pameran bapak, bukanlah suatu hal yang mudah. Memang, saya dituntut untuk menulis secara objektif. Namun apa mau dikata, terhadap anggota keluarga sendiri, tentu ada perasaan-perasaan subjektif yang tidak bisa dihindari. Meski demikian, saya akan tetap mencobanya, dimulai dengan menyebut bapak dengan nama aslinya: Setiawan Sabana. 

Tanggal sepuluh Mei kemarin, Setiawan genap berusia 66 tahun. Jika demikian adanya, maka berpameran di usia tersebut tentu saja tergolong langka - apalagi, pameran tunggal -. Pameran tunggal kali ini digelar di Galeri Tapak, Shah Alam, Malaysia. Pembukaan dilakukan pada tanggal tiga belas Mei dengan sederhana dan tanpa seremoni berlebihan kecuali sekadar makan-makan. Pameran bertajuk Paperium: Tapak Rupa Jejak Usia tersebut memamerkan karya-karya Setiawan yang seperti biasa sudah menjadi cirinya: seni rupa kertas.


Karya-karya Setiawan yang ditampilkan di Galeri Tapak ditampilkan dalam perspektif dua dimensi dan tiga dimensi (instalasi).  Dengan nyaris semua karya diberi judul Space and Me (meski berbeda-beda penomoran), Setiawan menyajikannya dalam berbagai ragam bentuk geometris mulai dari lingkaran, persegi panjang, bujur sangkar, serta bentuk-bentuk lain yang sekilas terlihat suka-suka, namun jika diperhatikan secara seksama, mempunyai pertimbangan ukuran-ukuran yang presisi. Mungkin ini ada hubungannya dengan tema usia yang diusung Setiawan, bahwa semakin senja umur kita, berbagai hal mulai tampak begitu jelas dan tegas. Kejelasan dan ketegasan tersebut bukan berarti dogmatis, melainkan lebih ke arah: tak banyak lagi pertentangan, antara apa yang riil dan apa yang ideal. Segalanya telah bermuara pada suatu kompromi yang damai. Di usianya yang 66, Setiawan mungkin merasakan apa yang dikatakan oleh Konfusius, "Bisa melakukan apa saja tanpa melanggar yang benar." 

Setiawan mengawali karir kesenirupaannya sebagai perupa grafis, sebelum kemudian "beralih" ke seni rupa kertas di lebih dari satu dekade ke belakang. Meski demikian, tidak terlalu tepat jika dikatakan bahwa Setiawan meninggalkan seni grafis. Justru seni rupa kertas adalah semacam renungan mendalam terhadap kertas yang selama ini begitu lekat menjadi bagian dari proses dalam seni grafis. Kertas tidak lagi sekadar perantara, tapi juga "dimuliakan" sebagai objek atau bahkan subjek kekaryaan itu sendiri. Lebih jauh lagi, Setiawan menukik ke sebuah pemikiran yang kontekstual dengan spirit kekinian: Kertas sedang dalam ancaman, oleh sebab manusia yang sedang berambisi membangun paperless society. Dalam spekulasinya yang dipenuhi kegetiran, ia sadar bahwa kertas kelak akan menjadi sejarah peradaban; hanya hidup dalam cerita-cerita nenek moyang; dan mungkin hanya bisa ditemui di museum-museum. Perkara seni rupa kertas dalam kacamata Setiawan, sudah bukan lagi perkara estetik, namun juga sosio-historik.







Comments

Popular posts from this blog

Honest Review

Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dal...

Puisi Penjudi

  Sejak SD kutahu berjudi itu dilarang Dari Qur'an sudah jelas judi dibilang haram Orang bijak bilang tiada manusia kaya karena judi Rhoma Irama menegaskan judi merusak pikiran Tapi tidakkah Tuhan jua yang menciptakan ketidakpastian? Tidakkah Tuhan jua yang memaksa kita mengundi? Tidakkah Adam turun ke dunia karena ia main judi? Buah khuldi: jauhi atau makan Ia putuskan yang nomor dua Lantas ia turun ke bumi, melahirkan kita-kita ini Keturunan seorang penjudi Lalu jikalau memang iya tak ada yang kaya karena judi Maka tanyakan pada pemilik motor Tiger itu Yang ia menangkan ketika jadi bandar empat tahun lalu Sekarang motornya sirna, rusak hancur dalam suatu petaka Ia kembali naik angkot seperti nasibnya sebelum pesta sepakbola Para tetua bilang, "Lihat, hasil judi, dari tanah akan kembali ke tanah" Tapi si pemuda mesem-mesem dalam hati Ada keyakinan yang ia pendam dalam-dalam Bahwa setidaknya dalam suatu percik hidupnya Ia pernah naik motor Tiger Pernah merasakan gelegak k...